Minggu, 30 Januari 2011

FAKTOR KEBERHASILAN BELAJAR

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a.  Faktor internal
1)    Faktor biologis (jasmaniah)
           Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga serta cukup tidur.
2)    Faktor Psikologis
            Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut. Pertama, intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan. Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Ketiga, bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang
3).   Faktor Eksternal
a)  Faktor lingkungan keluarga
            Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.
2)   Faktor lingkungan sekolah
            Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.
3)  Faktor lingkungan masyarakat
           Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakt merupkan faktor ekstern yang juga berpengruh terhadap belajar siswa karena keberadannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain.
            Dengan meperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar seseorang dan dapat mencegah siswa dari penyebab-penyebab terhambatnya pembelajaran.

HASIL BELAJAR

      Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.
            Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.
            Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:
a.      Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
b.      Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
c.       Ranah Psikomotor
      Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi  neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
            Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
           Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Howard Kingsley membagi 3 macam hasil belajar:
a. Keterampilan dan kebiasaan
b. Pengetahuan dan pengertian
c. Sikap dan cita-cita
           Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.
           Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

METODOLOGI PENGAJARAN PAI


      Gambaran Al-Qur’an Tentang Metodologi Pengajaran Agama Islam
          Secara singkat Metodelogi pendidikan agama adalah :  ” segala usaha yang sistematis dan pragmatis untuk mencapai tujuan pendidikan agama, dengan melalui berbagai aktifitas, baik didalam maupun diluar kelas dalam lingkungan sekolah. 
           Metode Mengajar itu adalah suatu teknik bahan penyampaian bahan pelajaran kepada murid. Ia dimaksudkan agar murid dapat menangkap menangkap pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan baik. Atau dengan kata lain metode pengajaran adalah penyusunan pengajaran yang sesuai dengan daya serap murid, beberapa ayat aal-qur’an yang dapat dijadikan petunjuk dalam membicarakan metode mengajar ini ;
“Semua makna al-Qur’an itu ditanamkan kedalam hati nabi Muhammad saw, dan dengan ucapan nabi muhammad-lah al-Qur’an itu dilafalkan.Apabila makna al-Qur’am itu dibacakan (oleh nabi Muhammmad) maka ikutilah bacaan itu (diujukan kepada sahabat nabi yang hadir sewaktu wahyu turun kepada nabi).
Ayat al-Qur’an ini memberikan gambaran kepada kita tentang metode mengajar dalam suatu proses belajar. Semua bahan  pelajran yang hendak diajarkan haruslah dikuasai oleh guru sebaik-baiknya. Metode resitas atau metode pengulangan dapat digunakan.
Ayat Al-qur’an lain menggambarkan.
”Hai Muhammmad ! Bacalah ! dengan menyebut nama Allah Yang menciptakan alam semesta. Ialah yang menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah muhammad, bahwa tuhanmu itu amat mulia, yang mengajar dengan perantara kalam. (Q.S. Al-Alaq).
           Secara lahiriyah ayat tersebut memberi suatau petunjuk tentang metode mengajar, bahwa pelajaran yang utama adalah membaca. Di dalam membaca terkandung makna hendak memberikan pengetahuan. Pengetahuan yang mula-mula diketahui oleh manusia ialah nama. Nama adalah simbol pengetahuan permulaan dan dari nama orang dapat membuat pengertian atau konsep ilmu pengetahuan.

                 Metode Pembelajaran
           Pada prinsipnya, metode pengajaran agama sama dengan metode pengajaran ilmu umum, disamping diakui adanya beberapa ciri khusus tersendiri. Pada prinsipnya, metode pengajaran agama sama dengan metode pengajaran ilmu umum, disamping diakui adanya beberapa ciri khusus tersendiri. Menurut Dr.Winarto Surachmad mengemukakan metode mengajar didalam kelas, yaitu :
1)       Metode Ceramah
2)       Metode Tanya Jawab
3)       Metode Diskusi
4)       Metode Pemberian tugas belajar / resitasi
5)       Metode  Demonstrasi dan Eksperimen
6)       Metode Bekerja kelompok
7)       Metode Sosiodrama dan bermain perminan
8)       Metode Karya wisata
9)       Metode Drill (Latihan Siap)
10)   Metode Sistem regu (Team Teaching)   

     Desain Pembelajaran
            Untuk mempersiapkan dengan matang pengetahuan guru tentang materi pembelajaran yang diajarkan. Guru perlu mepersiapkan metode dan teknik yang tepat disamping guru harus menentukan rumusan indikator pembelajaran dengan baik dan benar
            Setelah siswa menerima pelajaran, maka siswa dituntut untuk menyelesaikan evaluasi dari materi yang telah dipelajari,  guru mengantarkan terlebih dahulu kepada siswa materi pelajaran yang akan dipahami, proses mengajarkan cara memahami pelajaran disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari.
Dalam setiap pembelajaran guru menggunakan multi metode ceramah yang dibarengi dengan pendekatan pembelajaran, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
     a.  Tahap Persiapan
1)        Merumuskan tujuan yang hendak dicapai oleh siswa setelah proses ceramah pembelajaran berakhir.
2)        Menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan. Dalam hal ini guru mempersiapkan dengan matang point-point materi yang akan diajarkan.
3)        Mempersiapkan alat bantu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka guru dapat mempersiapkan bagan-bagan mengenai poin-poin materi tersebut. Jika memungkinkan guru dapat mempergunakan alat-alat multimedia seperti komputer beserta focusnya, VCD player dengan TV. Guru juga dapat mempersiapkan film-film yang sesuai dengan materi.
b. Tahap pelaksanaan
           Dalam tahap ini ada tiga langkah yang harus dilakukan :
           1). Langkah Pembukaan
     a)  Yakinkan bahwa siswa mengetahui dan memahami tujuan yang akan dicapai
     b) Guru mengadakan apersepsi sebagai pendahuluan dengan memberikan motivasi agar peserta didik lebih bergairah dalam mengikuti kegiatan belajar mengamalkan hadits tentang persaudaraan antar sesama.
          2). Langkah penyajian
a)      Jelaskan satu demi satu poin-poin materi yang akan diajarkan, serta dengan ilustrasi-ilustrasi ketika menyampaikan penjelasan tiap-tiap poin
b)      Gunakan bahasa Komunikatif dan mudah dicerna oleh siswa
c)      Sajikan materi pembelajaran secara sistematis, tidak meloncat-loncat, agar mudah dipahami oleh siswa.
d)     Menjaga kontak mata secara terus menerus dengan siswa.
e)      Jagalah agar kelas tetap kondusif dan menggairahkan untuk belajar.
f)       Tanggapilah respon siswa dengan segera
g)      Pastikan seluruh siswa mampu memahami materi pelajaran
h)      Guru menguji setiap siswa dengan secara spontan menunjuk siswa secara acak agar siswa menjelaskan pertanyaan yang dilempar guru dengan baik dan benar
i)        Bagikan LKS yang telah dipersiapkan
j)        Mintalah siswa untuk mengerjakan
k)      Selesai dikerjakan, dikumpulkan kembali untuk dikoreksi.
         3).  Langkah mengakhiri
a)      Membim bing siswa untuk dapat memahami dan mengingat materi pelajaran yang baru disampaikan.
b)      Melakukan Evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran yang disampaikan.

     Proses Evaluasi Pembelajaran
            Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk memantau proses kemajuan dan perbaikan hasil belajar siswa secara berkesinambungan. Dalam evaluasi hasil pembelajaran terdapat dua jenis penilaian, yakni :
           a.   Penilaian Proses
Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa bagus pemahaman siswa terhadap materi yang teah diajarkan. Dalam hal ini guru dapat menyediakan satu buku khusus bagi setiap siswa yang berisi catatan-catatan harian perkembangan prestasi
           b.  Penilaian Hasil
            Bentuk evaluasi ini untuk mengetahui keberhasilan pelajaran yang tepat untuk materi pembelajaran memahami materi pelajaran adalah tes Obyektif dan Subyektif dengan tehnik lisan/tulis, untuk mengukur kemampuan siswa dalam menerima pelajaran.

UPAYA MENINGKATKAN PAI MELALUI DINIYAH


Pendidikan sebagai suatu proses mempunyai dua sisi yang saling berkaitan. Pendidikan bukan sekedar transfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) tapi lebih kepada transfer normatif (transfer of values). Jadi tujuan akhir pendidikan adalah menciptakan manusia seutuhnya yang memiliki ilmu pengetahuan dan nilai-nilai iman taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
            Dewasa ini yang masih menjadi pembicaraan hangat dalam masalah mutu pendidikan adalah prestasi belajar siswa dalam suatu bidang ilmu tertentu. Menyadari hal tersebut, maka pemerintah bersama para ahli pendidikan, berusaha untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan. Upaya inovasi pendidikan telah banyak dilakukan oleh pemerintah, diantaranya melalui seminar, lokakarya dan pelatihan-pelatihan dalam hal pemantapan materi pelajaran serta metode pembelajaran untuk bidang studi tertentu seperti pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
            Tujuan utama dari pendidikan Agama Islam adalah untuk memberikan corak Islam pada lulusan dari lembaga pendidikan yang bersangkutan sehingga tampak adanya komitmen terhadap agama Islam serta kepribadian dengan nilai-nilai luhur yang bersifat illahiriah, seperti : kasih sayang, rasa keadilan, kejujuran, tanggung jawab, kedamaian, kepercayaan dan kebersamaan, sehingga pendidikan di madrasah diharapkan mampu menghasilkan manusia dan masyarakat bangsa Indonesia yang memiliki sifat agamis, berkempuan ilmiah-amaliyah, terampil dan profesional sehingga akan senantiasa mematuhi tatanan kehidupan (Desain Pengembangan Madrasah,2006:16). namun sejauh ini belum menampakkan hasil yang memuaskan, baik ditinjau dari proses pembelajarannya maupun dari hasil prestasi belajar siswanya.
           Materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar sangat luas. Isi pendidikan Agama Islam memiliki sejumlah karakteristik yang digali dari Al Quran dan sunnah Rasullullah sebagai sumber ajaran Islam. Karakteristik tersebut yaitu : Iman, Ilmu, Amal, Akhlak dan Sosial. Metode pendidikan agama Islam mendorong, memfungsikan serta mengaktualisasikan segenap kemampuan jiwa.
            Sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain tidak melakukan pengajaran bermakna, metode yang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai akibatnya motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghafal dan mekanistis. Ditambah lagi dengan penggunaan pendekatan pembelajaran yang cenderung membuat siswa pasif dalam proses belajar-mengajar, yang membuat siswa merasa bosan sehingga tidak tertarik lagi untuk mengikuti pelajaran tersebut, terlebih lagi pelajaran Pendidikan Agama Islam yang berkaitan dengan aspek baca tulis Al Qur’an, Aqidah Aqlak, Ibadah Syari’ah dan Tareh, sehingga pemahamannya membutuhkan daya ingat yang tinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan ketekunan, keuletan, perhatian, dan motivasi yang tinggi untuk memahami materi pelajaran Pendidikan Agama Islam dan pada umumnya proses pembelajaran yang digunakan adalah dengan menggunakan model pembelajaran konvensional yakni ceramah, tanya jawab, pemberian tugas dan pembelajarannya didominasi olehguru dan sedikit melibatkan siswa. Karenanya mengakibatkan siswa bekerja secara procedural dan memahami matematika tanpa penalaran, selain itu interaksi antara siswa selamaproses belajar-mengajar sangat minim.
            Untuk mengatasi kondisi semacam itu sekolah mengupayakan kerjasama dengan masyarakat khusus bagi siswa-siswa yang membutuhkannya. Kerjasama tersebut adalah kerjasama dalam  menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui pengajaran pendidikan Agama Islam di madrasah.
            Madrasah merupakan lembaga Islam di Indonesia yang memegang peranan penting dalam proses pendidikan. Pendidikan ialah usaha sadar untuk (Muhibbin Syah, 1991 : 1).
            Pendidikan di Madrasah Diniyah adalah satu kesatuan pendidikan keagamaan jalur luar sekolah yang menyelenggarakan pendidikan agama Islam tingkat dasar, adapun fungsinya yaitu menyelenggarakan pendidikan agama Islam yang meliputi Qur’an Hadits, aqidah akhlak, fiqih, sejarah kebudayaan Islam dan praktek ibadah (Pedoman penyelenggaraan dan pembinaan Madrasah Diniyah, 2003 : 3).
            Anak yang Sekolah Diniyah dipilih peneliti sebagai upaya perbaikan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam didasarkan pada asumsi bahwa siswa Sekolah Dasar yang mengikuti belajar di Diniyah akan mempunyai pengalaman dan kesiapan yang berbeda dengan siswa yang tidak sekolah di Diniyah atau hanya mengandalkan pelajaran agama dari Sekolah Dasar  3 jam perminggunya.